Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Friday, June 6, 2008

Construction Management

Dalam dunia konstruksi, kita ngeliat masalah secara global dan kemudian melakukan penyelesaian secara parsial. Penyederhanaan dilakukan guna memudahkan kita buat melihat masalah menjadi lebih simple. Sistematika bekerja seperti itu bisa kita bentuk dalam sebuah metode yang kita sebut WBS (Work Breakdown Structure).



WBS

Gimana kita ngebuat WBS? Ambil contoh, gw pengen buat rumah sederhana untuk bakal calon istri gw tercinta, dan tempat mendidik arif-arif junior, hehe. Bentuk WBS nya yang paling sederhana ya kayak gini nih:


Proyek Pembuatan Rumah
1. Pekerjaan Persiapan
1.1 Pengurusan Perizinan
1.2 Pekerjaan Survey dan Pengukuran
1.2.1 Pengukuran dengan theodolit/manual
1.2.2 Pembuatan Bouwplank

2. Pekerjaan Tanah
2.1 Pekerjaan Galian
2.2 Pekerjaan Timbunan

3. Pekerjaan Fondasi
3.1 Pekerjaan Galian
3.2 Pekerjaan Timbunan
3.3 Pemasangan batu kali
3.4 Pengecoran

4. Pekerjaan Balok dan Kolom
4.1 Pekerjaan Kolom
4.1.1 Penyetelan besi
4.1.2 Penyetelan bekisting
4.1.3 Pengecoran
4.2 Pekerjaan Balok
4.2.1 Penyetelan besi
4.2.2 Penyetelan bekisting
4.2.3 Pengecoran

5. Pekerjaan Pekerjaan Atap
5.1 Pembuatan kuda-kuda
5.2 Pemasangan plafond
5.2.1 Pemasangan rangka plafond
5.2.2 Pemasangan plafond dengan multiplek/GRC/dls
5.3 Pemasangan atap
5.3.1 Pembuatan gording
5.3.2 Pemasangan asbes/seng/genteng/dls.

6. Pekerjaan Arsitektural
6.1 Pekerjaan Keramik
6.2 Pekerjaan Pengecatan
6.3 Pekerjaan Pintu dan Jendela

Hmm.. lumayan banyak.. tapi, gw rasa itu standar rumah Rumah Sederhana - RS (gak perlu gw buat jadi hiperbolis jadi RSSSS). Soale, belum ada kamar mandi, belum ada saluran got, sanitasi, jalur listrik, tata cahaya dan ventilasi, furniture, bla bla bla.. Jadi segitu banyaknya item kerjaan buat ngebangun rumah yang bener2 cuma buat keluarga kita terlindung dari panas dan hujan. Nah, sekarang ngerti kan, kenapa harga rumah mahal2..

Estimasi Harga
Nah, sekarang apa gunanya WBS? WBS gak bakal berguna banyak klo kita gak ngembangin ke tahap lanjutannya. Dari masing-masing item kerja yang sejibun itu, kita tentuin harganya masing-masing (gimana caranya? agak panjang ceritanya.. pokoknya tau-tau jadi aja yak? hehe). Paling gampang nanya ke tukang bangunan, elo ceritain, elo-elo pengen buat apa.. nah nanti die nawarin harga sekian, buat masing2 pekerjaan. (tapi gak keren boi, masak insinyur nanya ke tukang.. wakaka)

Bobot Pekerjaan
Mengenai bobot pekerjaan adalah tahap lanjutan setelah kita mengetahui WBS dan udah estimasi harga tiap2 item kerjaan itu. Kita sederhanain jadi lebih sederhana yak? Contohnya sbb:
A. Pekerjaan A Rp. 3,000,000.00
B. Pekerjaan B Rp. 5,000,000.00
C. Pekerjaan C Rp. 2,000,000.00
Amat simpel dan kita bisa dengan mudah mendapatkan trend dari nilai bobot pekerjaan tersebut.
Bobot A 30%
Bobot B 50%
Bobot C 20%
Klo elo gak bisa tau cara ngitungnya gimana buat dapet bobot gituan, mending gw saranin elo minum irex atau viagra buat ngedongkrak IQ lo, haha.


Scheduling/Penjadwalan
Ini standar banget dalam kehidupan kita sehari-hari, kita secara sadar atau nggak sadar sebenernya menschedule kegiatan rutin kita sehari-hari. Bangun jam 5, subuhan, tidur lagi, olahraga (baik di kasur maupun di matras), mandi (baik yang wajib maupun yang rutin), sarapan, kuliah, sekolah, kerja, makan siang, tidur siang, kerja, pulang ke rumah, pulang ke rumah ortu, maen ke rumah pacar, pulang ke selingkuhan, makan malem, tidur.. that’s it, no more no less.

Tapi ada penjadwalan secara advance, mulai dari gant chart, agenda, CPM (Critical Path Method), PERT (Program Evaluation and Review Technique) dls. dls. Agak panjang ceritanya klo gw ceritain satu persatu, so.. pokoke prinsipnya sama. Menjadwalkan suatu kegiatan untuk masing-masing item pekerjaan, dengan mengefisienkan dan mengefektifkan waktu seefisien dan seefektif mungkin.

S-Curve
Nah klo tahapan-tahapan sebelumnya udah dilakuin, hasil akhirnya berupa Kurva-S. Kurva S ini menunjukan scheduling, bobot persentase, secara menyeluruh dan sekaligus kita bisa melihat pekerjaan tersebut juga dalam sudut perspektif management decision. Dalam kurva S ini, kita dapat melihat bagaimana rencana dan aktual lapangan, dalam kurva S pula kita bisa melihat trend pekerjaan tersebut, dan dalam kurva S yang lebih lengkap kita juga bisa memantau pekerjaan tersebut, day by day, week by week even scope by scope. Gimana cara buat S-Curve? Gw saranin elo ngambil kuliah di Teknik Sipil UI tahun angkatan 2001.. hehe.

Prinsipnya sederhana, yaitu mendistribusikan bobot persentase ke schedule yang udah kita buat. Kemudian dengan bantuan spread sheet, kita buat grafik Tanggal vs. Bobot. Easy isn’t it? Gak usah susah-susah. “Mudahkanlah, jangan dipersulit”.

Kesimpulan
Semuanya itu bisa dipelajari, semua orang bisa memanajemen diri dan kegiatannya menjadi lebih baik. Apakah ilmu manajemen ini bisa diterapkan untuk kegiatan non-konstruksi? Jawabannya pasti bisa, namun balik lagi ke masing-masing pribadi untuk konsisten ngelakuinnya atau nggak. Klo gw sendiri, tipe orang pemalas, terlalu rumit buat manage kegiatan gw yg gak teratur. Sekali lagi metode-metode tersebut cuma sekedar tool alat bantu. Output yang dihasilkan amat sangat tergantung pada input yang dimasukkan. Garbage in, garbage out. Klo kita masukin sampah, jangan pernah berharap minyak bumi bisa keluar. Klo menurut gw, semua nya itu udah bergantung pada takdir. Toh dengan tidur-tidur aja, klo yg namanya rejeki gak bakal kemana.. hahaha (jangan di adopt pemikiran aneh kayak gini).

PS : penulis adalah seorang yang amat percaya dengan takdir, namun ia tidak pernah lepas dari berikhtiar dan berusaha, karena menurut penulis, usaha adalah wajib hukumnya dan hal itu merupakan perintah agama. Apapun hasilnya... teh sosro minumannya.. (gila.. jayus abizz)

2 comments:

Anonymous said...

love ur last words, ganbatte honey.. love u banget..

arcnos said...

I love you so much..