Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Thursday, June 12, 2008

Gamis dan Jenggot (sepenggal renungan dan sebuah pembelaan)

Membaca judul ntu plus dengan pemberitaan massal media cetak dan elektronik, blogger mania kemungkinan 80% bakal mengaitkan judul ntu ke yang namanya FPI. Hmm.. 37% tebakan elo pada hampir bener, tapi bukan maksud ntu gw nulis topik ini. Tapi gak papa, tulisan gw sedikit banyak juga bakal nyangkutin masalah penyerbuan FPI di silang Monas hari Ahad, 1 Juni kemaren kok.

Apa yang bakal terjadi setelah penyerbuan FPI terhadap AKKBB di Monas? Agak pelik memang, guna menyikapi masalah yang satu ini. Mulai dari siapa yang menyulut api terlebih dulu, masalah tuntutan pembubaran Ahmadiyah, sampai masalah otoritas negara guna membubarkan organisasi hingga efek domino lainnya.

Klo gw ngeliat nih masalah, memang pemerintah sekali lagi di uji buat ngatasin ujian yang gak ada habisnya. Dan apapun keputusan pemerintah itu, jelas amat menentukan ke arah mana kita akan melangkah. Penyerangan FPI itu jelas amat sangat merusak citra FPI yang telah dibangunnya sendiri. Jujur, sebelum adanya insiden ini, gw termasuk orang yang simpatik dengan tindak kekerasan FPI ke preman-preman pasar dan germo-germo yang bersembunyi di keremangan malam. Di saat beberapa “oknum” polisi mem-back-ing premans dan tempat maksiats, FPI dengan gagah membawa golok dan bambu (layaknya pejuang ’45) memberangus cikal bakal pengrusakan akhlak dan moral. Gimana tindakan polisi dan tanggapan masyarakat terhadap gerakan ini?? Seinget dan sepengetahuan gw, blow up media gak pernah segencar sekarang ini. Sebagian besar keluarga yang peduli terhadap pendidikan moral anak-anaknya mengacungi jempol. Sebagian polisi yang geram terhadap maksiat -namun gak bisa ngapa-ngapain karena adanya sistem “back-ing”- tutup mata (mungkin sambil tersenyum, who knows).

Namun apa yg terjadi setelah insiden monas? Gw adalah salah satu orang yang setuju FPI dibubarin. Gak ngerti gimana caranya si camera-man mengambil angle sehingga FPI terkesan brutal, tapi gimanapun jelas memang tindakan FPI amat sangat gak jantan.Kenapa gw setuju FPI dibubarin?? Alasannya sederhana, “akan ada segolongan umat yang akan ber amar ma’ruf, nahi munkar, dan yang jelas.. bukan FPI seorang”. Jadi kalopun FPI dibubarin, wahai para pendamba ksatria suci nan teduh, jelas akan terlahir kembali front-front pembela kesucian, dan harapan gw, mereka berbaju dinas coklat yaitu para penegak hukum itu sendiri. Sehingga, para mantan-mantan FPI bisa mengayomi RT nya masing-masing dari preman-preman tengil yang suka malakin anak SD.

Gimana Ahmadiyah? Haha.. ini mah jelas banget harus diberangus (bukan orangnya yah, tapi ajarannya). Proteksi pemerintah terhadap pemikiran warganya jelas merupakan tanggung jawab dan amanah. Klo dikaitkan dengan kebebasan beragama yah sekalian aja minta ama negara buat kebebasan bertelanjang!! Toh bertelanjang itu hak asasi bukan?? Sigh.. (pada dasarnya prinsipnya sama, hal yang meresahkan warga, baik telanjang maupun ajaran sesat itu klo ngeliat UU harus di cekal.. tolong para sarjana hukum bantuin gw buat nemuin nih pasal, hehe). Alhamdulillah, negara udah menerbitkan sebuah keputusan SKB 3 Mentri, walaupun kurang memuaskan, namun langkah itu perlu diapresiasi. Sekarang tinggal, aparat penegak hukum dibantu dengan laporan dari masyarakat yang bertindak. Semoga hal ini dapat menyadarkan saudara-saudara kita yang fakir akan ilmu dan hidayah.

Gimana dengan Banser yang ngisi ilmu buat -katanya- ngelawan FPI?? Aneh bin ajaib, ini kyai atao dukun??!! Buat elo pada tau aja, Ulama di jazirah Arab -setau gw- merupakan ulama Islam yang paling Wahid. (salah satunya adalah Kibarul Ulama, yaitu kumpulan Ulama di Saudi Arabia yang berhak mengeluarkan fatwa, namun gak pernah ngeluarin fatwa berperang, karena mereka tau klo sekarang umat muslim berperang, korban akan berjatuhan banyak di kedua belah pihak dan jelas kaum Muslim yang paling sengsara akibat perang). Bukan sekedar hapalan Al-Quran dan Hadits aja, namun juga mereka-mereka bisa memilah mana hadits shahih, dhaif dan maudhu. Bukan cuman itu, mereka juga mempelajari ilmu tafsir, fiqih, usul, nahwu dll. tapi... gw gak pernah denger/baca mereka bisa ngerubah pisang jadi emas, atao dibacok gak kebaret, atau bisa mentalin orang pakek tenaga dalam.. heleuh heleeuhh.. cuman ada di Indonesia kayak gituan. Nah yang kayak gini gimana cara ngebubarinnya?? Sigh, tugas berat meeen.. akar kejawen en premanisme serta taqlid/loyalitas yang membabi budek ke NU masih terlalu kuat. Tapi gw yakin klo pemerintah punya power buat mengubah orientasi itu secara perlahan namun pasti.

Nah, balik lagi ke FPI. FPI yang identik dengan pakaian gamis dan jenggot (yang biasanya merupakan ciri khas identitas ‘muslim fanatik’), akhir-akhir ini mulai kehilangan pamornya, walaupun cukup terselamatkan oleh sikap gentle man Habib Rizieq dalam menghadapi serbuan polisi, hehe. But anyway, gw ngeliat selaen FPI yang di rugikan, ada segelintir masyarakat yang juga terkena imbasnya. Tak laen, tak bukan adalah mereka-mereka yang bergamis dan berjenggot demi menunaikan apa yang menjadi keyakinannya. Mereka terpojokan oleh isu ini (masih menurut analisis gw, moga-moga aja keadaan lapangan adem ayem). Dan gak fair bagi masyarakat ini terkena imbasnya. Skenario pertama, mereka terkucilkan oleh masyarakat awam. Skenario kedua mereka bisa terintimidasi oleh LSM-LSM yang memang pro Yahudi sekaligus pendukung gerakan Ahmadiyah. Skenario ketiga, mereka kebacok banser-banser NU gara-gara ulah si mas Dur, yang memang pro-telanjang eh.. maksud gw pro-kebebasan beragama.

Apapun alasannya, tindak kekerasan memang gak bisa dibenerin (apalagi klo terhadap orang yg gak bersalah, klo tindak kekerasan ke preman-preman maksiat, gw masih nutup mata, cuman pengacara-pengacara yg rakus duit yang bakal ngebela germo dan preman2nya). Yep, maksud tulisan gw, supaya elo-elo pada tau, bahwa ada sekumpulan masyarakat yang berusaha hidup damai dalam balutan pakaian gamisnya, dan tersenyum dibalik jenggotnya. Mereka bukan hizbut tahir yang gemar berdemo ke pemerintah (karena pada dasarnya sikap mereka terhadap pemerintah adalah mendukung kecuali apabila pemerintah merubah ketentuan agama, jadi klo soal naek BBM doang, gw yakin mereka legowo) . Mereka bukan Ikhwanul Muslimin yang berharap dengan terjun ke dunia politik dapat memperbaiki memberangus korupsi dan gak termakan deal-deal politik. Apalagi FPI yang mulai kehilangan orientasinya. Mereka gak pernah taqlid ke ulama-ulama mereka kecuali kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Perkenalkan kepada kalian, mereka adalah Salafy.

Sepengetahuan gw, mereka memang keras, tapi gak pernah maen fisik, mereka memang keras buat mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah menurut keyakinannya, tapi mereka gak pernah mengkafirkan orang Muslim. (klo ada yang mengkafirkan seseorang selama orang itu masih mempercayai rukun Iman dan rukun Islam, gw khawatir tuh orang bakal kena kutukannya sendiri).

Buat yang pengen tau Salafy kayak gimana dan gimana idealismenya silakan googling sendiri. Yang jelas, gw mengerti idealisme mereka gimana, dan gw bertanggung jawab buat nyampain risalah kebenaran. Satu hal yang pasti, gw bukan seorang Salaf, bukan FPI pula, apalagi seorang ikhwan. Keseharian gw mungkin seorang hedon -klo orang ikhwan bilang-, pulang kerja maen game sambil ngerokok sambil nelponin satu-satu selingkuhan gw, hehe. Jadi... jelas gw belum merupakan muslim yang baek. Doain aja gw dapet istri yang sholehah, cantik dan tajir.. plus sexy dink.. jadinya bisa ngerubah tabiat jelek gw, haha.

2 comments:

Anonymous said...

kalo saya netral saja,
wong bbm gak bakal turun karena kekerasan fpi,
saya sih meliat bagaimana caranya supaya hal begini sebagai pengalih perhatian masyarakat.

Anonymous said...

kalo saya slank saja